Home » » Perjalanan ke Titik Nol Agustinus Wibowo

Perjalanan ke Titik Nol Agustinus Wibowo

Written By Anonymous on Saturday 16 March 2013 | 16:53

13634740352144662787

sumber: avgustin.net

Kakeknya adalah seorang yang berjalan jauh dari negerinya di China sana dimasa Jepang menjajah negara-negara Asia. Mamanya, selalu punya mimpi untuk berkunjung ke negeri leluhurnya, negeri yang dipenuhi cerita tentang indahnya kahyangan. Ia, sudah diramal akan berjalan jauh. Ia pergi bersama angin yang bertiup. Jauh…

Pertama-tama, ia menginggalkan rumahnya, titik nol-nya di Lumajang, Jawa Timur pada usia 19 tahun demi melanjutkan kuliah di universitas terbaik di China. Setelah lulus, bukannya melamar kerja ke perusahaan atau melamar beasiswa S2 ke Amerika sebagaimana yang direncanakannya, ia malah bercita-cita mengunjungi Afrika Selatan melalui jalan darat, via rute jalur sutera yang terkenal dimasa lampau. Sebelum membaca buku ini, aku telah melahap "Selimut Debu" dan "Garis Batas" yang sangat memukau. Kedua buku tersebut berkisah tentang pengalamannya selama mengunjungi negara-negara 'stan' di Asia Tengah dan Afghanistan. Kisah memukau tentang bagaimana kehidupan 'berbeda' orang-orang di negara-negara Atap Dunia. Hm, jadi ngiler pengen kesana, tapi takut sama tantangannya yang bikin buku kuduk merinding. Nah, gara-gara itu pula, ia jadi jurnalis photo, kisahnya dimuat di kompas.com dan jadi pioner metode baru penulisan buku petualangan. Keren, keren….

Buku terbarunya ini, Titik Nol, merupakan cerita yang berbeda. Ia seperti saripati. Ia meramu dua kisah sebagai satu kisah yang berjalan paralel. Ketika ia telah memiliki cukup tabungan setelah bekerja sebagai jurnalis photo di Afghanistan, ia bersiap untuk melanjutkan petualangannya. Tapi, ia mendapat kabar bahwa Mamanya terkena kanker Ovarium stadium 3C. Ia pulang. Cerita dalam buku ini merupakan cerita tentang petualangannya yang ia ceritakan kepada Mamanya di kamar rumah sakit tempat mamanya dirawat, begitulah pemahamanku. Cerita yang ia ceritakan selalu memiliki hubungan dengan ceritanya dengan Mamanya di rumah sakit itu. Di setiap helaan nafasnya, di setiap kalimatnya. Sungguh pilu aku membacanya.

Ada cerita tentang kemiskinan dan rasa sakit akut di negara-negara yang dilaluinya, seakut kanker Mamanya, seakut luka hatinya sebagai keturunan etnis minoritas yang pernah terhina, seakut sakit Hepatitis yang membuatnya seringkali ambruk di negeri orang, seakut kepolosannya sampai ia harus mengalami pelecehan seksual di negara mayoritas berpenduduk Muslim dan seakut perang atas nama Tuhan dan agama. Kisah-kisah itu paralel dalam dirinya, Mamanya dan dunia yang dilaluinya. Sakit dunia begitu akut, tapi tak bisa diamputasi…

Ia terus bercerita disamping Mamanya yang sesekali memujinya atau menertawakannya bahkan cuek bebek. Lalu membangun mimpi-mimpi, sampai pada suatu waktu di titik terjenuh saat satu peristiwa harus terjadi, seperti pisau yang mengamputasi dirinya dari Mamanya. Ia pergi ke China, bekerja dan mengumpulkan uang untuk membayar biaya pengobatan dan melunasi hutang yang kian menggunung. Tapi, saat ia sedang berjuang mamanya berpulang, kembali ke titik nol, ke kekosongan dan menyisakan cibiran orang-orang yang menganggapnya anak durhaka karena tak berada disisi Mamanya saat ia menghembuskan nafas terakhir.

1363473373157047147

Sebagian isi buku (dok. pribadi)

Orang-orang yang ditemuinya disepanjang petualangannya, yang menipunya atau yang berbaik hati padanya, yang melecehkannya atau yang memuliakannya, yang disaksikannya tumbuh atau meregang nyawa, yang tertawa bersamanya atau menangis bersamanya, yang sakit dan yang sehat, semuanya mengajarkannya untuk menjadi manusia tulus dan berserah diri pada Tuhan. Ia mendapati banyak pelajaran ketika manusia harus me-reset segala sesuatu ke 'nol'. Ada kehancuran ekonomi, kehancuran alam, gempa bumi, perang, penyakit mematikan, semuanya adalah untuk mengembalikan manusia pada kemurnian, reset, kepada hakikatnya sebagai ciptaan Tuhan yang akan kembali pada Tuhan.

Begitulah kisah itu kupahami. Terima kasih telah menjadi inspirasi bagi sesama. Semoga bisa melanjutkan perjalanan hingga ke Afrika Selatan…

Depok, 17 Maret 2013

Launching buku Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan

Diselenggarakan oleh Gramedia Pustaka Utama

Waktu: 27 Maret 2013 pukul 14.00 - selesai
Tempat: Kinokuniya Plaza Senayan
Moderator: Febby (KompasTV)
Pembicara: Agustinus Wibowo, Hetih Rusli, dan Raya Fitrah

1363476498698502350

Np Dewanti 17 Mar, 2013


-
Source: http://media.kompasiana.com/buku/2013/03/17/perjalanan-ke-titik-nol-agustinus-wibowo-542958.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger