Home » » Membangun Semangat Berwirausaha

Membangun Semangat Berwirausaha

Written By Anonymous on Friday 22 March 2013 | 17:29

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

A.  Pembuka Yang Menggugah

Sebuah kehormatan bisa berada dihadapan para intelektual muda kampus Unsoed dalam satu agenda "saling menyemangati", khususnya dalam hal wirausaha. Ini kesempatan strategis dimana bisa berkumpul dengan orang-orang muda cerdas dan memiliki kapasitas intelektual tinggi, kekayaan gagasan dan energi yang berlimpah ruah untuk melakukan hal-hal hebat dan di luar kebiasaan banyak orang.

Beberapa tahun terakhir ini, tema kewirausahaan memang sangat popular dibicarakan oleh negara dan tak luput juga lingkungan kampus. Hal ini bisa difahami mengingat  kuantitas dan kualitas para wirausahawan sebuah negara sangat berpengaruh luas terhadap  segala aspek kehidupan bernegara dan bahkan juga menyangkut eksistensi sebuah negara di pandangan negara lainnya. Fakta menunjukkan, negara yang mayoritas masyarakat nya bermental pekerja (worker) akan selalu menjadi target atau sasaran bagi negara yang memiliki masyarakat kreatif (entrepreneur) dalam menghasilkan "ragam produk dan jasa".

Oleh karena itu, sebagai bangsa yang besar dengan potensi sumber daya yang melimpah, Indonesia memerlukan kehadiran para wirausahawan handal dalam jumlah banyak dan kualitas tinggi, sehingga potensi yang ada bisa dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk itu, kampus sebagai tempat berkumpulnya para kaum intelektual dan lumbungnya para generasi muda, merupakan media strategis pembentukan para wirausahawan handal yang akan berkontribusi nyata dalam menaikkan harga diri bangsa. Jika tidak, maka keterjajahan ekonomi  dimana indonesia selalu menjadi target market bagi negara produsen,  adalah sesuatu yang hampir pasti akan terjadi. Oleh karena itu, perjuangan membentuk para wirausahawan sesungguhnya bukan hanya persoalan ekonomi saja, tetapi hal ini juga menyangkut tentang harga diri sebuah bangsa.

Sebagai maha-siswa, selayaknya mengambil tanggungjawab moral dan berinisiatif melakukan hal-hal besar dalam  menjaga eksistensi dan harga diri bangsa. Mahasiswa harus mengambil posisi garda terdepan dalam memberikan contoh yang layak ditauladani. Mahasiswa seyogyanya menjadi sumber inspirasi bagi segenap lapisan masyarakat dalam membudayakan pola hidup kreatif yang berujung pada kelahiran ragam karya dan keterciptaan kemandirian.

Satu fakta yang menggugah, bahwa tidak lebih dari 5% (lima) penduduk Indonesia yang bekesempatan mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Artinya, kesempatan luar biasa ini harus di syukuri dalam bentuk tindakan-tindakan  bijak yang tidak sebatas aksi mencerdaskan diri sendiri, tetapi juga  mengambil tanggungjawab mencerdaskan anggota masyarakat lainnya. Kapasitas intelektual, bakat yang melekat, energi dan waktu selayaknya di optimalkan dalam kombinasi yang mempertinggi peluang keterlahiran karya-karya yang  berkontribusi nyata, baik bagi diri mahasiswa itu sendiri dan juga masyarakat pada umumnya.

Jika hal semacam ini bisa mewujud, maka potensi keterancaman eksistensi bangsa khususnya di bidang ekonomi, akan terbendung bersamaan dengan semakin banyak dan kuatnya barisan  pejuang ekonomi yang handal dan kreatif. Sebaliknya, jika hal semacam ini tak kunjung mewujud dari kelompok intelektual berstatus mahasiswa, maka saatnya mengkaji ulang kelayakan manamakan diri sebagai mahasiswa/i.

Sebagai bahan renungan, kuliah bukanlah hanya  sebatas perjuangan memperoleh selembar kertas bernama ijazah yang akan digunakan sebagai tiket untuk membentuk kehidupan atau masa depan pribadi. Terlalu picik, ketika kuliah dipandang sebagai sarana untuk menambah panjang nama anda dengan ragam gelar. Hakekat kesarjanaan bukan terletak pada keberhasilan memperoleh selembar kertas ijazah dan bukan pula pada sederetan gelar sebagai sumber harga diri, tetapi terletak pada keluasan & kebijakan berfikir dan kemampuan bersikap dan bertindak yang layak ditauladani oleh orang banyak orang.

B.  Mempersepsikan Wirausaha Sebagai Awalan

Untuk mengetahui "defenisi" tentang "wirausaha", anda bisa membaca ragam literatur ilmiah dan atau men-searching di mbah google yang serba tahu. Namun demikian, untuk mendorong anda tejun menekuni dunia wirausaha, saya menyarankan agar anda memiliki "persepsi sendiri " tentang wirausaha, dimana persepsi itu mengandung nilai magis bagi diri anda dalam arti mampu menyemangati, bisa menjadi sumber energi dan menginspirasi  untuk terus bergerak dan bergerak.

Sebagai stimulan, berikut ini dijelaskan beberapa persepsi tentang wirausaha :

1. Wirausaha adalah usaha memindahkan uang dari kantong orang ke kantong sendiri melalui cara yang disukai Tuhan atau syaitan. Hati-hati mencermati persepsi ini, sebab memilih cara yang di sukai Tuhan atau di sukai syaitan mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri.

2. Wirausaha adalah upaya ikhlas menyenangkan orang lain yang berujung menyenangkan diri sendiri. Dalam persepsi ini, komitmen melayani atau membahagiakan orang lain begitu kental dan kebahagiaan diri sendiri difahami hanya sebagai akibat positif dari upaya menyenangkan orang lain.

3. Wirausaha adalah menciptakan kehidupan bagi orang lain. Spirit kepedulian tampak jelas dalam persepsi ini. Dalam tingkat implementasinya, tidak mungkin bisa menciptakan kehidupan bagi orang lain kecuali mampu mewujudkan sebuah karya yang mampu menghidupi dirinya dan juga orang lain yang mengikutinya.

4. Wirausaha adalah salah satu jalan ke sorga. Persepsi ini mengandung nilai spiritualitas tinggi, sebab aktivitas produktif  yang dilakukan berorientasi pada kemuliaan diri dimata sang pencipta agar memiliki hak menempati sorga yang indah.

5. Wirausaha adalah menjebakkan diri pada pilihan berbeda. Dalam persepsi ini, gairah untuk selalu berbeda akan membentuk energi untuk terus menggagas hal-hal baru atau cara-cara baru yang belum di fikirkan orang lain sebelumnya.

Walau diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang berbeda, semua menegaskan tentang sebuah "semangat" untuk melakukan sesuatu berbasis kesadaran diri dan di motivtasi oleh keinginan untuk bisa menghasilkan sesuatu, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

Beberapa persepsi dari wirausaha yang dijelaskan diatas mewakili realitas dunia wirausaha sesungguhnya, karena hakekat berwirausaha sesunggguhnya adalah persoalan semangat. Bahkan ada yang mempersepsikan wirausaha itu 95% (prosen) tentang semangat dan 5% (prosen) tentang hal-hal yang berbau teknis operasional. Jadi, kalau anda berminat untuk terjun ke dunia wirausaha, maka modal terpenting adalah "semangat".  Sebab semangat lah yang melahirkan gairah untuk terus ber-ide dan mecari strategi perwujudannya, semangat-lah yang mendorong orang untuk terus berfikir positif dan senantiasa optimis,  semangat-lah yang menginspirasi energi untuk terus bergerak, semangat-lah yang membuat orang tak mengenal lelah, semangat-lah yang membuat orang  tak pernah menyerah dan semangat-lah yang membuat orang tak pernah berhenti berusaha. Sementara itu, posisi "modal uang" sesungguhnya hanyalah pembantu, sebab semangat bisa mendatangkan uang, tetapi uang belum tentu  bisa melahikan atau menjaga stabilitas semangat.

Oleh karena itu, sebagai cara membangun dan sekaligus menjaga semangat berwirausaha, maka mulai lah dengan membentuk persepsi tentang wirausaha versi anda sendiri yang menyemangati. Sebagai catatan penting, hindari persepsi yang  membawa anda pada perasaan tidak mampu atau rendah diri, sebab hal itu membuat anda tak akan pernah memulainya. So…apa persepsi anda tentang wira usaha ???.

C. "SIAPA" Sebagai Muasal Peluang

Dikeseharian sering kita mendapati pertanyaan, "kalau mau  bisnis, sebaiknya bisnis apa ya?".  Dari sudut pandang dunia kewiausahaan, pertanyaan ini di nilai kurang tepat. Pertanyaan yang terbaik dalam menguatkan niat untuk memulai berwirausaha adalah dengan memulainya dengan kata "siapa?". Artinya, mulailah dengan mencari jawab siapa yang sebenarnya ingin anda layani. Seorang wirausahawan harus senantiasa berorientasi pada "target market", sebab letak bertahan atau tidaknya sebuah usaha terletak pada ada tidaknya respon market terhadap apa yang ditawarkan. Anda bisa bayangkan kalau sebuah "toko pakaian mewah" berdiri di sekitar kampus dimana uang bulanan mahasiswa/i nya rata-rata sangat terbatas, apakah toko pakaian itu akan laku atau ramai pengunjung?. Anda juga bisa bayangkan bila seorang penjual pakain bekas ex.singapore membuka outlet di lingkungan kampus dengan harga murah dan terjangkau, mungkin hanya mahasiswa yang tak peduli gengsi  yang berani mampir. 2 (dua) contoh tersebut menegaskan bahwa mulailah bisnis dengan kata "siapa". Sesudah anda yakin menetapkan "target pasar/konsumen" yang ingin anda layani, kemudian masuklah ke pertanyaan ke-2, yaitu "apa"?. Artinya, tawarkan lah apa yang mereka (target konsumen yang anda bidik) butuhkan. Dengan demikian, anda berpeluang besar menghasilkan sebuah transaksi bisnis, karena anda menawarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Setelah bertemu jawab "siapa" dan "apa", kemudian lanjutkan ke pertanyaan "bagaimana?". Artinya, anda harus merumuskan bagaimana cara terbaik dalam menawarkan apa yang anda jual kepada target konsumen.   Pengenalan karakter konsumen menjadi penting, sebab setiap karakter memerlukan pendekatan berbeda. Disinilah seorang wirausahawan selalu dituntut memiliki kemampuan adaptasi tinggi dan memiliki pribadi yang renyah.  Seorang wirausahawan harus memiliki fleksibilitas diri sehingga bisa masuk dan berinteraksi secara nyaman pada  setiap lapisan masyarakat.

D. Pengaruh Mentalitas Dalam Wirausaha

Mentalitas memegang pengaruh penting dalam mengintrepretasikan "semangat wirausaha" ke dalam dataran aksi nyata. Satu hal yang menjadi catatan, wirausaha adalah hal yang tidak memiliki keabsolutan/kepastian. Artinya, tak ada satupun yang bisa menjamin apa yang anda peroleh esok hari dari apa yang anda lakukan hari ini. Hal ini berbeda dengan "orang bekerja pada sebuah perusahaan" yang pasti mendapat gaji di setiap akhir atau di setiap awal bulan dengan angka yang sudah terjelaskan dalam kontrak kerja. Sementara itu, saat anda bewirausaha sesungguhnya anda menandatangani kontrak dengan alam semesta seisinya dan didalam kontrak tesebut tidak terdapat klausul kepastian apa yang akan anda dapatkan.

Itulah sebabnya, disamping semangat yang tak boleh padam, berwirausaha memerlukan mentalitas berupa kesiapan dan keberanian diri minimal dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :

1. Kesiapan dan keberanian dalam mengambil keputusan untuk memulai aksi. Adalah benar berwirausaha tak memiliki jaminan atau kepastian akan keberhasilan dan juga memiliki kemungkinan resiko kegagalan. Oleh karena itu, kesiapan diri atas segala resiko yang mungkin muncul  harus ada. Untuk mendukung hal tersebut, seorang wirausahawan harus  membangun sikap optimis tanpa mengurangi kewaspadaan. Seorang wirausaha wajib membangung "fikiran-fikiran positif" atas apa yang dia putuskan sehingga memiliki keyakinan tinggi dalam menjalankannya.

2. Kesiapan dan keberanian diri berproses. Operasionalisasi wirausaha memerlukan tahapan yang menuntut ketekunan, kesabaran, keuletan dan kebesaran jiwa. Dinamika proses belum tentu selalu menghadirkan situasi yang menenangkan fikiran, sebab bisa saja terkadang menghadirkan keguncangan keyakinan, mencapai titik harapan terendah dan bahkan mungkin saja menyentuh situasi di ketiadaan harapan. Untuk itu, ketangguhan wirausahawan menyemangati diri untuk terus berproses sangat diperlukan. Ragam hambatan harus dimaknai sebagai tantangan yang memerlukan penyelesaian cerdas. Ragam rintangan harus dibaca sebagai sumber pembentukan ketahanan diri atas ragam gelombang yang mungkin mewarnai proses perjalanan sebuah wirausaha.

3. Kesiapan dan keberanian mencapai keberhasilan. Ini tampak aneh, karena ternyata keberhasilan pun memerlukan kesiapan dan keberanian diri. Anda mungkin pernah  mendapati seorang wirausahawan cukup tangguh dalam memulai dan mentahapi proses demi proses perjuangan usahanya, tetapi justru tidak siap ketika sampai di titik keberhasilan. Banyak orang yang berhasil pada akhinya lupa diri dan tidak kontrol, sehingga kembali ke titik 0 (nol) dan bahkan minus (-). Inilah yang disebut sebagai sebuah derajat keberhasilan.

D. Mengasah Ketajaman Instuisi Layaknya Belajar Berbahasa

Kita sering mendengar kata "istuisi" saat membicarakan wirausaha. Dalam lingkup wirausaha,  instuisi dipersepsikan sebagai "kemampuan membaca" peluang. Banyak orang mengatakan bahwa berwirausaha itu lahir secara alamiah dan sering dipengaruhi oleh faktor genetika dan lingkungan. Saya tidak menyalahkan pandangan itu, tetapi adalah hal menarik ketika berkesimpulan bahwa berwirausaha adalah persoalan kebiasaan saja. Artinya, membangun bakat berwirausaha sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja sepanjang memiliki semangat tinggi dan  kemauan berproses secara bertahap dan berkesinambungan. Alasannya sederhana, pisau yang tumpul kalau terus diasah pasti menjadi tajam dan sebaliknya pisau yang tajam kalau tidak pernah di asah juga akan tumpul. Oleh karena itu, mengembangkan semangat dan terus belajar adalah bagian dari cara untuk bisa memiliki dan mengembangkan bakat berwirausaha. Demikian halnya tentang instuisi alias insting usaha  yang didefenisikan sebagai kemampuan memberi reaksi spontan atas apa yang dia lihat atau amati. Artinya, mebiasakan diri untuk mengasah instuisi akan mempertajam instuisi itu sendiri.

Dalam perumpamaan sederhana, pengasahan instuisi itu layaknya seperti belajar berbahasa inggris. Ketika anda membiasakan diri mencari "bahasa inggris" atas apapun yang anda lihat, dengar dan  rasakan,  saat hal tersebut dilakukan berulang-ulang pasti akan membuat anda lancar dalam berbahasa inggris. Demikian halnya instuisi bisnis, ketika anda selalu berfikir dan mencari gagagsan  bagaimana cara "menambah nilai" dari setiap apa yang anda lihat, dengar dan rasakan, maka instuisi anda akan terbentuk dengan sendirinya. Sebagai contoh, anda sering mendapati para artis memanfaatkan  realitas hidupnya (kesedihan, kesenangan dan apapun juga) menjadi bernilai yang mewujud dalam bentuk sebuah lagu, sinetron dan atau film layar lebar. Ini merupakan bentuk ketajaman instuisi. Demikian halnya saat anda melihat pohon manggis sedang berbuah dan kemudian berfikir bagaimana caranya manggis tersebut  menjadi lebih bernilai ketimbang hanya menempel pada pohonnya. Demikian juga ketika anda mendengar sebuah informasi dan kemudian berfikir bagaimana menjadikan informasi tersebut menjadi lebih bernilai.  Sebagai contoh mudah, ketika anda mendengar informasi tentang penyelenggaraan wisuda, kemudian anda berfikir bagaimana memanfaatkan moment tersebut untuk sesuatu yang bernilai seperti berjualan bunga, atribut kampus dan lain sebagainya…..dan lain sebagainya.

Intinya, semakin anda sering melakukannya maka semakin tajam pula instuisi anda dalam membca atau menciptakan peluang. Akan KAH?

D. Memulai Dari Hal Sederhana dan Fokus.

Orang bijak bilang, sesuatu yang besar berawal dari yang kecil. Hal ini juga berlaku dalam dunia wirausaha dimana kebesaran sebuah usaha merupakan akumulasi dari keberhasilan-keberhasilan kecil.   Oleh karena itu, mulailah dari hal sesederhana apapun yang anda bisa sebab yang paling sulit dalam berwirausaha adalah "berani memulai".

Tekunilah sesuatu secara terus menerus, sebab fokus atas sesuatu biasanya akan memunculkan hal-hal yang bersifat  mendukung dan tidak pernah di duga sebelumnya.  Oleh karena itu, kesabaran, keuletan dan kebijaksanaan berpandangan menjadi faktor penting dalam menapaki tahapan-tahapan menuju kebesaran sebuah usaha. Cobalah anda amati, adakah sebuah tanaman langsung berbuah?.

Sekedar menyarankan, jangan pernah terfikir untuk berhenti hanya karena satu kebelum-berhasilan, sebab bisa jadi keberhasilan datang setelah mengalami 999 kali ke-belum-berhasilan.  Dalam bahasa lain, kematian usaha hanya terjadi bila anda  berketetapan berhenti bergerak saat terjatuh. Sebab pada saat itulah anda mengikrarkan bahwa "harapan sudah musnah". Nikmati setiap proses dengan segala warna dan rasa yang mengukutinya, sebab segala sesuatu yang terjadi dalam proses pasti memiliki makna dan hikmah yang sangat berguna dan menjadi bekal di langkah berikutnya. Ini lah yang disebut ketangguhan dalam berwirausaha.

E. 2 (dua) Alternatif Orientasi Mahasiswa Menekuni Wirausaha

Mahasiswa adalah insan yang sesungguhnya sedang berproses di sebuah universitas. Artinya, dengan status mahasiswa menandakan dirinya sedang berada di tahap pembentukan kapasitas diri, baik dari sisi keilmuan maupun pembangunan karakter dan kematangan pribadi. Dalam kondisi semacam ini, "belajar berwirausaha" merupakan bagian dari proses peningkatan kapasitas diri, baik dalam hal pengetahuan, pembentukan ragam pengalaman dan pembentukan mentalitas tangguh.

Oleh karena itu, orientasi mahasiswa dalam menekuni (belajar dan praktek) wirausaha seharusnya tidak semata-mata  berorientasi pada "perolehan uang", tetapi juga menekankan pentingnya berproses dalam judul "membangun kapasitas diri". Artinya, melatih diri bergagasan dan membentuk rangkaian pengalaman akan sangat bermanfaat bagi kehidupan pasca kampus dan juga dalam rangka mengembangkan kiprah di tengah masyarakat kaitannya dengan kebermaknaan diri. Hal ini perlu menjadi bahan perenungan dan sekaligus dasar mahasiswa untuk melakukan segala tindakan dalam proses belajar berwirausaha.

F. Berwirausaha Bukan Mengurangi Jam Belajar

Sekedar bersaran, berwirausaha jangan dipandang sebagai hal yang merusak tujuan utama yaitu menuntut ilmu di kampus, sebab berwirausaha juga merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas diri. Berwirausaha harus dibaca sebagai langkah peng-efektifan waktu bermain ke dalam satu agenda produktif yang memiliki relevansi kuat terhadap keterbentukan masa depan.

Oleh karena itu, ketika seorang mahasiswa yang sedang belajar menekuni kewirausahaan mengalami  IP (Indeks Prestasi) rendah, maka hal yang tak boleh ada difikiran anda  adalah menganggap berwirausaha sebagai biang keladinya. Untuk mendukung pendapat tersebut, coba lah lakukan perenungan dan pengukuran yang jujur tentang  tingkat efektivitas pemanfaatan 24 (dua puluh empat) jam yang anda miliki setiap harinya. Temukan berapa jam setiap harinya  termanfaatkan untuk hal-hal yang tidak jelas dan tidak memiliki relevansi  dengan urusan masa depan anda.  Selanjutnya, susunlah pola memanfaatkan waktu tersebut  secara tepat untuk kepentingan study anda maupun untuk pengembangan minat dan bakat kewirausahaan. Kemudian, bangunlah komitmen pribadi untuk senantiasa konsisten dengan 2 (dua) misi besar tersebut yang merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam membentuk seperti apa anda di waktu mendatang.

G. Sekejap Menatap Relevansi Tuhan dan Berwirausaha

Mungkin anda setuju, ketika  kita  tidak berjarak  dan selalu mendekat dengan Tuhan, perasaan akan menjadi lebih tenang, tentran lebih mudah konsentrasi dan lebih bernergi. Sementara itu, pada saat kita bisa kosentrasi penuh dan memiliki energi yang powerfull, maka kemampuan kita dalam melakukan sesuatu menjadi lebih maksimal sehingga peluang untuk mencapai keberhasilan menjadi lebih besar.  Merujuk pada nalar diatas, adakah relevansi antara menjaga kualitas ke-Tuhan-an dengan wirausaha?.

Atas dasar izin Tuhan segala sesuatunya terjadi diatas dunia ini, demikian pula hal nya keberhasilan ataupun kegagalan. Oleh karena itu, dalam tinjauan kewirausahaan, posisi manusia hanya lah; (i) membangun niat baik; (ii) membangun mimpi besar; (iii) mengoptimalkan akal, bakat, energi dan  bakat; (iv) berdo'a dan; (v) pasrah atas hasil akhir apapun yang diberikan Tuhan. Satu hal yang memerlukan perhatian, "pasrah" dilakukan hanya bila sudah berusaha semaksimal maksimal  dengan segala daya upaya. Oleh karena itu, keberhasilan sesungguhnya bentuk keberpihakan Tuhan atas serangkaian niat dan langkah-langkah efektif dari seorang hamba. Sementara itu, dalam bahasa semangat, kebelum-berhasilan merupakan bentuk keadilan Tuhan atas kebelum-efektifan langkah-langkah yang dilakukan manusia dalam mewujudkan satu impian. Ke-belum berhasilan juga sebagai bentuk pesan Tuhan kepada manusia untuk melakukan auto koreksi yang ditindaklanjuti dengan perbaikan langkah. Singkat kata, keberpihakan Tuhan hanya hadir bila manusia menampilkan fakta-fakta yang layak dikaruniai sebuah keberhasilan.

Sebagai bahan masukan dan sekaligus penawaran, berikut disampaikan hasil kontemplasi panjang tentang peran Tuhan dalam lingkar wirausaha, yaitu :

1. Tuhan berposisi sebagai pemberi "inspirasi dan gagasan" sehingga seorang wirausahawan tidak salah dalam memilih dan memilah langkah.

2. Tuhan berposisi sebagai pemberi "restu" atas segala daya upaya yang dilakukan manusia dalam menggapai impiannya.

3. Tuhan berposisi sebagai "pelipat ganda" hasil yang diperoleh seorang wirausahawan. Dalam cara baca ini, "perbedaan hasil" antar satu wirausahawan dan wirausahawan lainnya merupakan sebuah bentuk keadilan Tuhan, sebab Tuhan memiliki hak prerogatif dalam melipatgandakan hasil bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.

4. Tuhan berposisi sebagai pemberi peringatan, pemberi cobaan dan bahkan pemberi hukuman. Oleh karena itu, tak jarang kita mendapati dimana para wirausahawan yang sudah sukses kembali ke titik 0 (nol) dan bahkan (-) minus. Mungkin, hal ini disebabkan ke-alfa-an wirausahaan tersebut dalam bersyukur atau alfa menjaga kedekatan diri dengan  Tuhan. Semoga diri kita tak akan pernah mengalaminya.

H. Penghujung

Ketika berwirausaha difahami sebagai "upaya menambah nilai manfaat atas sesuatu yang dilakukan secara sadar", maka seorang wirausahawan akan terus menggali ide-ide segar dalam semangat yang terjaga dan tak mengenal kata menyerah. Ketika berwirausaha dibaca sebagai media strategis membentuk kemandirian dan sekaligus memperluas kebermaknaan diri, maka berwirausaha sesungguhnya adalah bagian dari komitmen untuk menghindarkan diri menjadi beban bagi orang lain dan sekaligus sebagai wujud tanggungjawab sosial dan kepedulian yang nyata. Berwirausaha sesungguhnya bukanlah persoalan seberapa besar uang yang anda hasilkan, tetapi seberapa jauh anda mampu membangun kapasitas diri dan memanfaatkannya untuk kepentingan banyak orang. Anda bisa bayangkan betapa indahnya ketika anda memiliki satu gagasan yang  bisa membahagiakan dan mendatangkan banyak manfaat bagi banyak orang,  rasa terima kasih mereka akan mewujud menjadi do'a untuk keselamatan hidup anda dalam makna seluas-luasnya.

Semua itu memerlukan karya nyata yang berawal dari semangat yang senantiasa membara. Idealisme terhadap keberhasilan akan membuat anda tak pernah berhenti melakukan pencarian dan langkah apapun yang mungkin untuk lakukan. Kombinasi ilmu pengetahuan, teknologi, energi, bakat dan keinginan kuat (impian) merupakan bagian dari stratetgi dalam perwujudannya.

Sebagai penghujung, ketika anda bermimpi menjadi seorang wirausahawan, maka mulai lah dengan membangun semangat yang  terjelaskan ke dalam "persepsi" anda sendiri tentang wirausaha , siapkan mental untuk hasil akhir apapun, segera melangkah dan memulainya walau dari hal kecil sekalipun. Fokus dan tekuni dengan senantiasa  mengoptimalkan segala pengetahuan, pengalaman, bakat, energi, waktu. Setelah anda melakukan segala sesuatunya dalam niat baik yang terjaga, saatnya anda pasrah apapun ketetapan Tuhan diakhir perjuangan. Yakin lah Tuhan maha penyayang dan selalu bersikap adil kepada setiap hambanya. Oleh karena itu, tak perlu ragu dan teruslah melangkah, sebab setiap langkah pasti memiliki makna dan imbalan setimpal  dari Sang Pencipta.

Demikian disampaikan sebagai pengantar dalam sesi motivasi berwirausaha, semoga pemikiran sederhana ini bisa menginspirasi gairah dan energi untuk menyukai wirausaha dan segera memulainya. Semoga kita semua menjadi para wirausahawan handal yang senantiasa dalam lindungan dan arahan Tuhan. Amin.

Dedy Indrips 23 Mar, 2013


-
Source: http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/03/23/membangun-semangat-berwirausaha-545199.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger