Home » » Ngantri itu Ternyata Bisnis

Ngantri itu Ternyata Bisnis

Written By Anonymous on Saturday 16 March 2013 | 16:08

Tadi, ngantri lagi berpanas lagi
Sungguh lama giliran menanti
Hanya untuk mengisi 13 ribu ke tangki
Harus berkeringat tengik dua jam lebih, tapi

Teman di sebelah bersenang hati
Karena katanya dia sudah mengisi tiga kali dalam sehari

SEBAIT keluhan itu saya tulis di akun facebook sepulang dari mengantri premium di satu-satunya SPBU di kota kecil tempat saya bermastautin, Karimun sore semalam. Pagi Ahad (17/ 03) ini saya teringat kembali keluhan itu. Saya tulis saja catatan harian ini sebagai pelepas emosi pagi ini. Bukan benci tapi sebagai tumpahan emosi di Minggu pagi.

Saya teringat berapa lama saya harus menunggu giliran, semalam sore. Ini bukan pertama kali. Tapi sudah berulang kali. Beringsut selangkah dua langkah mendorong skuter butut dari ujung sana. Tangki SPBU itu terasa sangat jauh dari tempat saya berdiri awal tadi. Panas matahari menyengat di waktu seperti itu. Pukul tiga sore. Di Karimun dan di banyak tempat saat ini memang lagi musim kemarau. Rumput dan tumbuhan banyak yang layu. Mungkin sebentar lagi akan ada serangan kabut asap di mana-mana seperti tahun-tahun lalu. Matahari terasa menyengat sekali. Tapi saya bersama pengantri yang memenuhi jalan umum di sekitar SPBU harus sabar ditusuk matahari. Jika motor ditinggalkan, akan dipekik oleh pengantri di belakang.

Saya juga ingat kenderaan roda empat yang mengular jauh, semalam itu. Para sopir tampak keluar dari mobilnya karena kepanasan. Jika harus duduk di dalam mobil sambil menyalakan AC tentu saja akan menguras sisa-sisa bensin yang ada. Antrinya masih akan lama.  Itulah sebabnya para sopir itu duduk di luar sambil berteduh di bawah pokok di tepi jalan itu.

Heran juga mengapa antrian ini berkepanjangan. Berbulan-bulan. Tidak adakah jalan agar masyarakat tidak mengantri terlalu lama. Tiga-empat jam itu terlalu lama hanya untuk mengisi bahan bakar 3-4 liter untuk kenderaan roda dua. Berapa waktu terbuang? Benarkah pembatasan distribusi BBM ini memang disengaja oleh pihak-pihak tertentu karena jumlah BBM bersubsidi itu terbatas? Atau ini sengaja dibuat karena ada maksud-maksud tertentu?

Ternyata ada berita lain di balik antri panjang kendaraan roda dua dan roda empat selama ini. Seorang teman bercerita kepada saya pada saat sama-sama antri sore itu. Katanya antri ini memang sengaja dipelihara. Antri ini kini menjadi lahan bisnis terselubung. Para pengantri ini cukup banyak yang tidak sekedar mengantri untuk mengisi kendaraannya saja. Mereka antri justeru untuk menimbun minyak di rumahnya. Mereka tahu kalau SPBU ini pasti akan kehabisan minyak dalam beberapa hari dalam setiap pekannya. Pada saat itu para pemilik kendaraan akan mencari minyak di jalan-jalan. "Kita bisa mendapat keuntungan lumayan." Begitu kata teman yang katanya sudah mengisi untuk ketiga kali hari itu.

Teman itu juga menambah informasi. Katanya, sebgaian opelet (angkutan umum) itu juga mengantri untuk dijual kembali minyaknya ke pedagang jalanan. Mereka mengantri bukan untuk mendapatkan minyak untuk mengangkut penumpang. Makanya anak sekolah sekarang juga semakin sulit mendapatkan opelet karena opelet lebih banyak antri di SPBU dari pada menambang di jalan sana.

Lebih miris lagi, beredar isu kalau para petugas SPBU itu pun ikut bermain dalam kesibukan antri itu. Mereka boleh saja pura-pura mencatat kenderaan yang mengisi bensin lebih dari sekali. Tapi mereka juga sebenarnya bermain mata dengan para pengantri yang berbisnis itu. Jadi, mereka pun ikut berbisnis sebenarnya. Makanya SPBU ini mereka buka pagi pukul 07.00 dan sore pukul 17.00 sudah tutup lagi. Jika sore menjelang tutup itu masih panjang antriannya, mereka harus menunggu hari esoknya lagi. Untuk antri lagi.

Jadi, di dalam kerumunan antrian yang mengular setiap hari itu sesungguhnya masyarakat yang tidak tahu-menahu dengan permainan bisnis ini telah menjadi korban kerakusan mereka yang memanfaatkan situasi distribusi BBM yang carut-marut ini. Subsidi yang tidak berani dicabut, itupun menjadi permainan tersendiri oleh elit-elit (partai dan birokrat) negeri ini. Dengan menjual nama rakyat justeru mereka para orang kaya itulah yang lebih banyak menyedot BBM bersubsidi. Rumah mereka besar, mobil mereka banyak tapi mereka tidak mau dicabut subsidi BBM karena mereka tidak mau membayar dengan harga mahal. Maka dijuallah terus atas nama rakyat, subsidi BBM jangan digugat.

Kini, setiap hari di SPBU-SPBU yang tampak adalah antrian panjang tak berkesudahan. Di dalamnya ternyata ada bisnis pengantri yang konon juga bekerja sama dengan operator SPBU. Para penjual minuman dan makanan kecil juga muncul di antara pengantri. Inilah bisnis yang tiba-tiba juga menyebut nama rakyat. Mereka, pengantri yang menimbun minyak di rumahnya dikatakan, rakyat yang mencari rezeki karena tidak ada pekerjaan lain lagi. Sungguh aneh negeri ini.***

Api Sulistyo 17 Mar, 2013


-
Source: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/17/ngantri-itu-bisnis-537656.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger