Home » » Mencuri Ide Orang Lain

Mencuri Ide Orang Lain

Written By Anonymous on Thursday 14 March 2013 | 15:40

Ide itu barang berharga, maka hati-hatilah. (Sumber gambar: http://kennybriscoe.com/wp-content/uploads/2011/02/lightbulb-idea.jpg)

Ide itu barang berharga, maka hati-hatilah. (Sumber gambar: http://kennybriscoe.com/wp-content/uploads/2011/02/lightbulb-idea.jpg)

Seorang ibu rumah tangga berkali-kali mencoba masak gudeg kegemaran suaminya, tapi selalu terasa ada yang kurang pas.  Ia sudah mencoba kemungkinan-kemungkinannya agar rasanya bisa pas.  Tapi selalu gagal.

Suaminya hanya bilang, "Ada sesuatu yang kurang rasanya, Ma," kata suaminya ketika ditanya.  Rasa gudeg itu memang tidak sebagaimana rasa gudeg di Yogyakarta yang pernah mereka berdua cicipi. Suaminya juga menyarankan idenya, tapi rasanya tetap saja tidak pas.

Ibu itu kehabisan pikir. Beberapa bumbu sudah ditambah dan dikurangi, tapi tidak pernah mendapatkan rasa yang dikehendaki. Padahal ia sudah mengikuti apa yang ditulis di buku masakan.  Bahkan ia searching di internet masakan gudeg. Termasuk juga lihat di Youtube.  Tapi jawaban yang dicari tidak juga ditemukan.

Suatu pagi, saat ibu itu menunggu tukang sayur di halaman depan rumah bertemu dengan pembantu rumah tangga sebelah. Ibu itu cerita masalah masakan gudegnya.

Pembantu itu dengan senyum-senyum mendengarkan cerita ibu itu.

"Kompornya jangan terlalu panas-panas, bu Nita?" katanya polos.

"Gitu ya? Makanya kok rasa santennya kurang sedep. Saya sudah mikir gitu lho," kata ibu itu.

Esoknya, ibu itu mencoba saran pembantu rumah tangga sebelah. Dan ia menemukan rasa mendekati apa yang diinginkan.  Ia senang sekali. Suaminya setuju dengan penemuan ini.  Rasanya hampir pas. Tinggal merubah setting api kompor sedikit mungkin baru bisa pas.

Seorang bos satu perusahaan suatu saat tanpa sengaja mendapati karyawannya mengerjakan sesuatu yang memberinya ide bagus untuk menyempurnakan mekanisme kerja departemennya.  Bos itu lalu diam-diam menerapkan ide karyawannya untuk semua departemen dengan modifikasi seperlunya. Penerapan ide itu ternyata membawa perbaikan dengan meningkatnya jumlah produktivitas perusahaannya.

Kedua contoh di atas sebagai ilustrasi, bahwa kita kadang merasa malu untuk mengakui kekurangan diri. Merasa tinggi hati untuk mengakui kelebihan orang lain. Menganggap apa yang diberikan orang lain terlalu kecil dengan meninggikan kemampuan diri.

Pikiran seorang pembantu tidak perlu diberi ucapan terimakasih.  Ide cara mengerjakan sesuatu dari seorang bawahan tidak perlu diberi penghargaan.  Karena ide itu hanya dari seorang pembantu.  Bahkan dari sisi pandang pembantu, apa yang disampaikan bukanlah ide cemerlang. Memang begitulah cara memasak gudeg. Jadi tidak pantas mendapat penghargaan.  Demikian juga ide yang didapat dari seorang karyawan rendahan yang gajinya terlalu kecil dibanding dengan omzet perusahaan. Maka tidak pantas untuk diakui.


Ide Cuma Sebatas Ide

Sering kita merasa punya ide cemerlang, pikiran, pendapat, gagasan dan sebagainya.  Tapi tidak pernah kita terapkan, sehingga tidak tahu apakah ide itu bekerja atau tidak bila diterapkan dalam kenyataan. Ide hanya sebatas ide dan tidak ada artinya bila tidak diterapkan dalam kenyataan.  Setiap orang punya ide, tapi hanya beberapa orang saja yang bisa mengaplikasikannnya dalam kenyataan.  Ada faktor-faktor yang tidak kita tahu sebab sebuah ide, gagasan dan sebagainya gagal saat diaplikasikan.

Berapa orang yang punya pikiran bahwa air tawar bisa dijual dalam botol? Jualan kok air tawar?  Kalau haus di tengah jalan bisa minta di warung, pasti dikasih gratis.  Tapi itulah yang terjadi. Perusahaan Aqua menerapkan ide itu dan memproduksi air dalam kemasan botol dan laris.

Kini banyak merek air botolan di pasar.  Mungkin awalnya sudah banyak orang punya ide itu. Tapi tidak ada keberanian menerapkannya.  Atau ada yang menerapkan tapi gagal karena tidak terasa segar sehingga tidak laku di pasar. Aqualah yang berhasil.

Aqua dengan promosi ide air pegunungan, air steril, air sehat dan kemasan khusus dari plastik transparan dan sebagainya membuat produksinya laku.  Bisa saja yang pertama punya ide marah-marah dan mengaku semua itu terjadi karena idenya.

Ide hanya sebatas ide jika tidak diaplikasikan dengan tepat.  Ide juga sebatas ide jika ternyata gagal diterapkan. Diperlukan sebuah strategi dan kecerdasan tersendiri agar ide itu bisa sukses diaplikasikan di lapangan. Jika sudah terbukti berhasil dalam lapangan, maka pemilik ide itu hanya seorang. Inovator itu hanya seorang.  Orang tersebut adalah yang berhasil mengaplikasikan berjuta sumber ide dalam lapangan. Orang lain boleh saja mengklaim bahwa itu idenya. Tapi yang secara syah diakui cuma seorang.  Pemegang hak patent juga cuma seorang. Yakni orang yang berhasil mengaplikasikan di lapangan.


Menghargai Sumbangan Orang Lain

Pembantu rumah tangga dan karyawan rendahan di atas mungkin saja apa yang disampaikan bukan ide murni dari mereka. Tapi apa yang disampaikan dan dikerjakan telah memberi sumbangan ide agar bisa diterapkan dalam kenyataan. Pantaskah mereka diakui dan dihargai?

Kadang kita tidak cukup ikhlas untuk mengakui peranan orang lain. Bahkan meniadakan peranan mereka dan mengklaim semua ide adalah ide kita sendiri. Kita enggan untuk berterus terang bahwa apa yang mereka katakan atau kerjakan memberi kita jalan keluar dari masalah yang kita hadapi dan kita coba untuk menyelesaikan. Atau memberi ide baru atas ide dasar yang telah kita pikirkan.  Atau melengkapi ide yang telah ada. Kita sering menafikkan peranan mereka karena kecongkakan intelektual atau ketinggian hati kita.

Lebih jauh, bahkan ada yang malah cenderung memanfaatkan orang-orang seperti itu tanpa balas jasa atau ucapan terimakasih seperlunya. Misalnya ibu rumah tangga tersebut akan bertanya lagi hal-hal lain dalam masak memasak dan diam-diam mempraktekannya tanpa menghargai pengetahuan dan pengalaman pembantu rumah tangga tersebut. Atau bos itu malah menghambat perkembangan karier si karyawan dengan memblokir kenaikan jenjang atau pindah departemen karena ide-idenya bisa dimanfaatkan demi keuntungan pribadinya.

Si bos takut kehilangan karyawan yang punya kemampuan khusus itu.  Karena peranan karyawan tersebut secara tidak langsung telah menaikkan produktivitas perusahaannya. Dan si bos yang dapat bonus dan dapat penghargaan lalu menikmatinya dengan diam-diam jerih payah orang lain. Sementara si karyawan rendahan tanpa sepetahuannya telah menjadi sapi perahan tanpa penghargaan atau ucapan terimakasih seperlunya.

Maka perlu dipikirkan, jika seseorang terlalu lama berada dalam satu posisi tanpa masa depan jelas, sebaiknya menilai kembali keadaannya.  Kadang jika seorang karyawan bekerja terlalu baik, bos malah enggan melepas atau menaikkan posisinya. Seorang bos yang malas atau tidak kompeten merasa aman bekerja dengan karyawan yang punya ethos kerja baik. Bila karyawan ini dipindah atau dipromosikan, bos kuatir bahwa prestasi departemennya akan terpengaruh. Dan bos itu akan rugi karena prestigenya turun.

Hati-hatilah memberi ide pada bos belum ditahui benar sifatnya. Jangan beri ide pada bos yang tidak tahu menghargai ide atau jerih payah orang lain.  Jangan pula terlalu sering memberi ide pada bos yang takut dengan persaingan fair dan terbuka. Ide akan ditelan dan diakui sebagai idenya.  Simpan saja dan utarakan hanya pada orang yang punya posisi lebih tinggi.

Jangan memberikan semuanya, jika tahu kalau si bos orangnya pemalas atau penjilat atasan. Tetaplah pada posisi kerja sesuai deskripsi kerja yang telah digariskan dalam kontrak kerja.  Biarkan si bos menghandel permasalahannya sendiri. Nantikan hasilnya. Jika hasilnya jelek, sampaikan ide pembenahannya pada orang punya posisi lebih tinggi.  Dengan begitu, ide akan diberi penghargaan dan dapat point.

Perlu diingat bahwa orang bisa jadi bos kadang bukan karena prestasi kerja tapi karena kepandaian menjilat atasan atau karena kenal baik dengan atasan. Bersikaplah hati-hati dengan bos jenis seperti ini. Bos tipe begini yang akan membuat karier seorang bawahan jalan di tempat. Tidak peduli apakah karyawan tersebut sering punya ide cemerlang dan selalu bekerja keras. Sebab semua yang dilakukan oleh karyawan tersebut tidak akan meninggalkan bekas.  Hilang ditelan oleh bos dengan tipe macam ini.

Semoga bermanfaat dan salam kompasiana.*** (HBS)

Danang Tri Hartanto 15 Mar, 2013


-
Source: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/15/mencuri-ide-orang-lain-542300.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger