Home » » Didukung 7 Sponsor Dunia, Industrialisasi Bulutangkis Indonesia Dimulai

Didukung 7 Sponsor Dunia, Industrialisasi Bulutangkis Indonesia Dimulai

Written By Anonymous on Friday 15 March 2013 | 16:57

Ada yang berbeda dari Timnas Bulutangkis Indonesia saat bertarung di ajang All England 2013 yang baru berakhir pekan kemarin. Menyaksikan beberapa pertandingan yang melibatkan para pemain Indonesia, ada "belang" dalam seragam yang dipakai oleh mereka. Bukan warna jersey yang berganti setiap pertandingan tapi logo di kaus dan raket mereka. Di dada, punggung dan raket pasangan Tontowi-Lilyana misalnya, bukan lagi logo "YY" seperti yang dari awal selalu mereka kenakan bersama seluruh pemain timnas lainnya. Demikian juga Markis Kido-Pia Zebadiah yang menggunakan produk apparel berbeda. Sementara ganda putra Hendra-Ahsan di dada dan punggung mereka masih terpasang logo "YY".  Begitupun pada tim pelatih yang mendampingi, ada yang menggunakan seragam berlogo "YY" adapula yang berlogo "V".

Sebenarnya bukan hal baru jika dalam sebuah pertandingan bulutangkis para pemain dari negara yang sama mengenakan seragam dan perlengkapan yang disponsori oleh produsen berbeda. Tapi hal itu terjadi jika pemain tidak lagi berstatus anggota pelatnas sehingga biasanya memiliki sponsor yang berbeda dengan sponsor utama timnas. Maka menjadi unik jika para pemain Timnas dari Pelatnas yang sama tak lagi mengenakan jersey dan raket dengan logo yang seragam. Ada apa dengan Timnas Bulutangkis kita ?.

1363365399913289607Bukan lagi logo "YY" di dada seragam Tontowi & Lilyana. Semenjak 22 Februari 2013 pemegang gelar All England 2012 dan 2013 ini dikontrak oleh Victor, apparel asal Korea Selatan (dok. : www.badmintonindonesia.org)

Kenyataannya mega kontrak dengan Yonex, brand besar asal Jepang ini telah berakhir. Sejak bulan Februari lalu Timnas Bulutangkis Indonesia tak lagi mengikat kontrak tunggal kolektif dengan Yonex yang sudah menjadi sponsor selama hampir 40 tahun. Lalu apakah ini berarti Timnas Bulutangkis kehilangan sponsor atau mengalami kesulitan finansial ?. Justru sebaliknya, berakhirnya mega kontrak dengan Yonex menjadi awal baru pengelolaan bulutangkis Indonesia. Timnas Bulutangkis Indonesia dibawa memasuki era baru industrialisasi bulutangkis modern.

"Menjual Pemain" dengan Sponsor Individu

Tak ada lagi sponsor tunggal dan kolektif untuk Timnas Senior Bulutangkis Indonesia. Federasi Bulutangkis Indonesia menerapkan terobosan yang sebelumnya dianggap tabu di pelatnas bulutangkis Cipayung namun sudah menjadi hal biasa pentas olahraga profesional Eropa. PBSI kini menerapkan sistem kontrak individu kepada setiap pemain untuk bebas disponsori produsen apparel tertentu. Bidding pun dilakukan.

Wibawa Indonesia yang merupakan salah satu kekuatan utama bulutangkis dunia dengan banyak pemain top menjadi modal bagi PBSI untuk "menjual" Timnas bulutangkisnya. Hasilnya luar biasa. Mega kontrak dengan Yonex diakhiri dan Timnas Bulutangkis pun dibanjiri sponsor. Para pemain Timnas Bulutangkis Indonesia kini mengikat kontrak individu dengan sejumlah merek ternama.

Era baru industri bulutangkis Indonesia dimulai. Seperti disebutkan di halaman resmi PBSI, Victor, Li-Ning, Babolat, Fly Power, Astec, Reinforce Speed adalah 6 sponsor baru bagi pemain Timnas Bulutangkis Indonesia. Mulai 22 Februari 2013 merek-merek tersebut resmi menjadi penyokong pemain Timnas Bulutangkis Indonesia.

Namun demikian bukan berarti Yonex undur diri dari bulutangkis Indonesia. Meski tak lagi menjadi sponsor tunggal, Yonex berhasil mendapatkan tanda tangan 21 pemain Timnas. Sementara Victor mengikat kontrak dengan 24 pemain, Flypower 19 pemain, Li-Ning 9 pemain, Astec 8 pemain, Reinforce Speed (RS) 5 pemain dan Babolat 4 pemain . Dengan durasi kontrak 2 tahun, secara total ketujuh produsen apparel tersebut akan mengalirkan dana tak kurang dari 33 Miliar untuk mendukung para pebulutangkis Indonesia berlaga.

Kini kita tak akan lagi menjumpai jersey dengan logo sponsor yang sama di setiap pertandingan Timnas Bulutangkis Indonesia. Kontrak individu membuat senar raket para pemain bergambar logo yang berbeda-beda. Seragam pemain Timnas pun menjadi lebih beraneka warna. Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir akan mengenakan seragam dan perlengkapan pertandingan berlogo "V" dari Victor. Hendra-Ahsan masih akan mengusung logo "YY" Yonex, sementara pemain tunggal seperti Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro akan berseragam Li-Ning. Angga-Rian akan mengenakan Flypower dan Hayom Rumbaka akan membawa logo Astec. Lukhi Apri berseragam Babolat sementara Hanna Ramadini mengikat kontrak dengan Reinforce Speed. Keunikan ada pada pasangan ganda campuran Muhammad Rijal-Debby Susanto karena keduanya disponsori apparel yang berbeda. Debby membawa logo Li-Ning sementara Rijal berseragam Yonex. Para pemain lain pun akan mengenakan seragam dan perlengkapan dari sponsor mereka masing-masing. Begitupun para pelatih kini memiliki sponsor individu. Christian Hadinata, Nova Widianto, dan Richard Mainaky adalah tiga dari sejumlah pelatih yang disponsori oleh Yonex. Sementara Liang Chiu Sia diikat kontrak oleh Victor.

Terobosan baru ini membuat Indonesia menjadi negara ASEAN pertama yang menerapkan kontrak individu dan menghapus kontrak kolektif untuk Timnas bulutangkisnya. Lain dari itu, sistem kontrak individu ini membuat nama bulutangkis Indonesia semakin terangkat dengan masuknya merek-merek berkelas dunia.

Li-Ning, brand ternama asal China yang berpusat di Inggris ini saat ini adalah sponsor resmi Timnas Bulutangkis China. Sejumlah bintang bulutangkis China menjadi maskot utama Li-Ning. Sementara meski terdaftar sebagai merek China sejak 1968, Victor adalah nama besar di industri bulutangkis Korea Selatan. Sejumlah skuad utama bulutangkis Korea seperti Lee Yong Dae adalah maskot dari Victor. Babolat mungkin menjadi nama yang paling asing di telinga kita. Wajar karena merek asal Perancis ini baru memproduksi raket pada tahun 1995. Namun demikian Babolat adalah merek ternama di lapangan tennis dunia. Sementara itu Flypower dan Astec adalah brand unggul asal Indonesia yang dimiliki oleh legenda bulutangkis tanah air. Flypower dikibarkan oleh mantan juara dunia Heryanto Arbi sementara Astec dibangun oleh pasangan suami istri peraih emas olimpiade Barcelona Alan Budikusuma dan Susi Susanti.

"Memaksa Pemain" Untuk Berprestasi

Bukan hanya menaikkan nilai tawar bulutangkis Indonesia di mata produsen dunia. Kontrak individu sebagai bagian dari industrialisasi bulutangkis juga dinilai sebagai salah satu cara untuk memacu prestasi atlet Indonesia yang dalam satu dekade terakhir menukik tajam.

Selama ini beberapa pihak mengkritik  "kenyamanan" pelatnas Cipayung membuat sejumlah pemain menjadi terlalu santai. Kontrak kolektif yang diterapkan kepada Timnas Bulutangkis Indonesia membuat pemain tak perlu susah payah memikirkan sponsor untuk berangkat mengikuti pertandingan dunia. Berprestasi baik atau selalu kalah tak akan membuat mereka kehilangan sponsor jika harus mengikuti superseries atau grandprix gold. Inilah yang dianggap memanjakan pemain dan membuat mereka kurang termotivasi untuk meningkatkan prestasi. Wajar jika beberapa legenda bulutangkis dunia seperti Rudi Hartono kerap geram dengan sejumlah pemain yang tetap diberangkatkan ke ajang superseries meski prestasinya sudah dinilai mentok.

Kepengurusan baru PBSI di bawah Gita Wirjawan membaca indikasi "kenyamanan" itu. Selain menarik kembali sejumlah legenda bulutangkis Indonesia untuk menjadi pelatih dan pengurus PBSI, Gita yang merupakan menteri perdagangan menerapkan kontrak individu kepada seluruh penghuni timnas senior bulutangkis Indonesia.

Kontrak individu dengan 7 merek ternama ini memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap pemain atau pasangan. Nilai kontrak sponsor untuk pemain di Timnas berkisar dari 25 juta hingga milyaran rupiah. "Victor" mencatatkan angka termahal dengan berani membayar masing-masing lebih dari 1 Milyar rupiah per tahun untuk Tontowi Ahmad dan Lilyana Natsir. Besarnya nilai kontrak Victor dengan pasangan ini sempat juga disinggung oleh komentator pertandingan final All England 2013 yang lalu. Kontrak inipun membuat Lilyana disebut-sebut menjadi pebulutangkis pelatnas dengan gaji terbesar.

1363365585667644994Tontowi Ahmad & Lilyana Natsir bersama General Manager "Victor" usai penandatanganan kontrak individu pemain Timnas Bulutangkis Indonesia. Kontrak Tontowi & Lilyana masing-masing bernilai lebih dari 1 Milyar rupiah (dok. : http://www.victorsport.com/news_detail.html?id=1579)

Kontrak individu memang dianggap lebih "mensejahterakan" dan meningkatkan pendapatan para pemain karena melalui sistem ini sponsor juga akan memberikan bonus di luar nilai kontrak untuk setiap capaian prestasi besar yang mereka ukir. Berprestasi baik dan meraih gelar-gelar juara di turnamen utama akan meningkatkan nilai tawar Timnas sekaligus membuat nilai tawar pemain bertambah. Para produsen yang berkepentingan menjaga dan menaikkan pamor brand mereka pun akan berlomba-lomba memperebutkan sang pemain dengan melakukan penawaran sebaik mungkin. Prestise sponsor pun meningkat jika pemain yang dikontraknya meraih gelar juara.

Tapi di luar itu semua sistem kontrak ini mampu memacu pemain untuk terus berprestasi. Mereka dituntut lebih bertanggung jawab kepada diri dan prestasinya. Para pemain akan "dipaksa" untuk berprestasi demi menarik atau meningkatkan sponsor mereka sendiri. Sebaliknya mereka tak bisa lagi nyaman jika selalu kalah karena sponsor bisa jadi meninggalkan atau tak memperpanjang kontraknya. Tanpa sponsor pemain akan kesulitan mengikuti kejuaraan selanjutnya.

Asa Kembali Menguasai Arena

Indikasi dampak positif kontrak individu ini mulai terlihat di ajang All England 2013 lalu. Dibanding setahun kemarin, tahun ini Indonesia meloloskan lebih banyak pemain ke bebak perempat final  dan semifinal All England. Tiga pasangan ganda campuran bahkan berhasil mendominasi semifinal. Sementara pasangan ganda putra baru Hendra-Ahsan mampu mencapai semifinal. Capaian besar juga diraih tunggal putri Lindaweni, meski gagal melangkah jauh, ia mampu mengalahkan pemain utama China.

Semoga sistem kontrak baru ini bukan hanya membawa bulutangkis Indonesia ke persaingan industri olahraga modern semata. Lebih dari itu, semoga ini menjadi awal dari sebuah jalan bagi prestasi baru Indonesia untuk bisa kembali menguasai arena bulutangkis dunia karena sudah terlalu lama kita tak melihat Merah Putih dikibarkan paling tinggi di tengah-tengah bendera negara lain. Kita sudah rindu Indonesia Raya berkumandang di arena dunia.

Aqsha Al Akbar 16 Mar, 2013


-
Source: http://olahraga.kompasiana.com/raket/2013/03/16/gaet-7-sponsor-dunia-industrialisasi-bulutangkis-indonesia-dimulai-543161.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger