Home » » Apa Adanya atau Ada Apanya!

Apa Adanya atau Ada Apanya!

Written By Anonymous on Friday 15 March 2013 | 18:18

Manusia sebagai pelaku kehidupannya, memang memiliki unsur kehidupan yang membentuk dirinya secara kompleks dan integral. Potensi diri manusia itu adalah indera sebagai alat pendeteksi secara material, fisik. Segala sesuatu akan namak dalam pandangan, rasa dan segala bentuk material dengan kekuatan panca indera kelima manusia, Mata, Hidung, Kulit, Lidah, Kuping. Kelimanya menyatu membentuk kesatuan yang utuh.

Potensi lainnya adalah akal yang selalu diakitkan dengan hukum berfikir, atau logika benar salah. Akal selalu menjadi perekat kenyataan dengan kesimpulan dan proses pengambilan konklusi sosial. Manusia bisa merumuskan segala sesuatu dan kesimpulan tersebut rasional serta diterima banyak kalangan karena penggunaan akal secara maksimal. Akal menempatkan manusia sebagai hewan berfikir, makluh terbaik sebab pikirannya akan melakukan kalkulasi, analisis sampai pada kesimpulan benar atau tidaknya sebuah kejadian.

Potensi, Hati bisa dipahami pada proses intuisi dan rasa. hati tidak bisa dipisahkan dengan rasa, perabaan intuisi sehingga banyaknya penggunaan hati dalam kehidupan manusia akan lebih arif karena penempatan rasa dan intuisi berjalan seimbang apalagi dengan dukungan akal yang baik. Saat manusia jatuh cinta pada saat bersamaan dia sedang menyerap makna lewat hatinya, energi dalam dirinya dengan kekuatan hatinya membentuk kekuatan maha dahsyat. Bahkan kekuatan itulah sebagai penggerak dirinya melakukan segala sesuatu.

JIwa manusia adalah manifestasi diri manusia secara rohaniyah. Dalam istilah sederhananya, penulis menangkap jiwa itu hakikatnya satu dan tak terbatas. Saat seorang mimpi dirinya pada saat bersamaan sedang melakukan perjalanan jiwa, bisa jadi dia sedang terbaring dengan tubuhnya, namun fakta mimpinya yang dia temui adalah dirinya secara utuh, ada kuping, ada hidung, lidah, kulit semua lengkap adalam mimpi tersebut bahkan ada yang bermimpi terbakar Api neraka dia mala merasakannnya saat terbangun, ada juga yang mimpi masuk sorga saat terbangun dia menikmati keindahannya yang maha dahsyat.

Jiwa manusia selalu dikaitkan dengan kesatuan pada diri nabi Muhammad SAW. Bahwa dialah hakekat terdalam manusia, sehingga manusia sesungguhnya adalah satu kesatuan. Manusia bisa kemana saja tanpa batas dengan jiwanya saat dia mampu menembus batas waktu material dengan proses pertapaan dan penyucian jiwa. Manusia yang sudah tuntas dengan hakikat kejiwaannya maka akan sampai pada kekuatan terdalamnya, kemakrifatan hakiki. Dan pada saat yang sama dia akan mengenali dirinya satu tak terpisahkan dengan yang lainnya, manusia satu merupakan manusia secara pisik berbeda namun pada aspek rohaniyahnya sama saja.

'Roh ilahiyah', manusia hakikatnya berasal dari kehidupan sejati, asal usulnya dalah bersifat mutlak sehingga kematiannya bukan menjadi ketiadaannya namun merupakan fase kehidupannya yang sebenarnya. Manusia bagaikan suara seruling yang berpisah dengan serulingnya. dia lagi mencari tempat dia asal dia berbunyi, bagaikan anak yang terpisah dari ibunya. Itulah sejatinya manusia kehidupannya harus dimaknai sebagai proses menuju kesempurnaan. Roh disini bukan untuk didefinisikan tapi adalah proses menangkap diri dari asal kejadian ditulah manusia akan menemukan hakekat keabadian, dan saat bersamaan manusia telah menemukan asal muasalnya yang secara teoritik membantah praktek teoritik ala Darwin yang mendefinisikan asal kejadian adalah proses evolusi yang terjadi secara material semata.

Dari potensi tersebut manusia bukanlah makluk tanpa proses kehidupan, potensi dirinya akan menjadi tolak ukur sosial dan penciptaan peradabannya. Karena manusia dibekali potensi itu manusia akhirnya harus memilih untuk merekasa atau membiarkan perubahan itu berlangsung dan dirinya hanya menonton secara monoton saja.

Banyak juga manusia ingin segalanya berlangsung 'apa adanya', tapi ada juga semua berlangsung 'ada apanya'. Jika sesuatu berlangsung apa adanya, dia nampak sebagaimana sesungguhnya, tidak ada settingan, rekasaya sehingga kehadiran sebuah fakta, kejadian da situasi selalu jujur berbicara kepada manusia. Fakta yang berbicara dengan kejujurannta, tanpa rekayasa akan membuat kehidupan lebih alamiah, tanpa beban dan rasa ketakutan yang menyelimuti. Jika si memang sakit ya nampakkanlah dia sakit namun, jangan nampak dia sakit pada saat tidak sakit untuk mengguncang atau menata situasi. Disinilah letaknya jika kejujuran nampak maka semua akan muncul apa adanya.

Berbeda jauh dengan 'ada apanya', segala yang muncul kepermukaan selalu hanya bagian terkecil dari realitas yang sesungguhnya. Jika si B mengalami sebuah pesakitan, penderitaan namun dia masih tersenyum dengan riangnya, atau politisi yang lagi mengalami masalah kasus, namun nampak dipermukaan adem ayam saja, seakan tak ada masalah ini pertanda dia lagi melakukan intrik menyembunyikan fakta sesungguhnya dan menampakkan fakta pendukungnya untuk memguatkan posisi psikologi sosial. Seorang manusia akan selalu melakukan mekanisme pertahanan diri, atau langkah perlindungan dirinya dalam proses sosial yang pada hakekatnya kondisi yang sebenarnya akan menjatuhkannya namun dengan settingannya dia berhasil keluar dari kemelut yang bisa menghancurkannya tersebut.

Ada apanya bukan hanya dimaknai secara negatif namun komplek dan variatif, kadang kita memang perlu merekasaya sesuatu namun pada konteks tertentu rekasaya itu mesti ditiadakan untuk menjadga kehidupan berlangsung secara ikhlas dan santun. Manusia tanpa rekasaya, tanpa ada apanya akan menjalani kehidupan sebagai penonton dan peradaban tidak akan berlangsung lama. Seandainya Thomas Alfaedison tidak melakukan rekasaya saintik dalam menemukan lampu maka kita tidak akan mengenal sampai saat ini sinar lampu yang jelas sudah menerangi dan ponentu nasib kehidupan manusia. Seandainya lampu padang di kota-kota besar negeri ini maka krisis keamanan dan ekonomi akan terganggu dan situasi darurat nasional akan terjadi, inilah pentingnya rekasaya untuk menciptakan peradaban manusia lebih baik.

Namun, aspek tertentu ada saatnya manusia berbicara dari hati ke hati, jujur ada adanya agar ketulusan itu berlangsung. Saat seornag guru mengajar anak didiknya dia harus jujur agar proses interaksi ilmu terjadi secara baik, membuat transfer pengetahuan terjadi secara konsisten dan terbentuklah karakter ilmu bagi sang anak didik. Ketulusan tersebut akan menciptakan kedamaian, kekuatan dalam menyempaikan sesuatu pengetahuan. Coba lihat mereka yang melakukan sesuatu serba rekasaya hatinya akan terselip dan kehilangan identitas. Potensi manusia yang kelima tersebut di atas mengantarkan dirinya pada hakikatnya bahwa dunia harus direkayasa namun pada saat bersamaan ketulusan harus sejalan agar segalanya berlangsung apa adanya sekaligus ada apanya.

JRWB, 16.03.2013,07.41

Bahtiar Ali Rambangeng 16 Mar, 2013


-
Source: http://filsafat.kompasiana.com/2013/03/16/apa-adanya-atau-ada-apanya-537460.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger