Home » » Paling Enak Menjelang Subuh

Paling Enak Menjelang Subuh

Written By Anonymous on Friday 15 March 2013 | 16:02

"KAPAN saja enak dan kapan saja bisa. Tidak ada sebenarnya waktu khusus untuk melakukannya. Jika ada kemauan maka akan ada pula jalan." Kalimat-kalimat itu bermunculan dalam satu diskusi dengan para guru dalam satu rapat bulanan, Kamis (14/03) lalu. Hari itu, seperti biasa satu bulan sekali para guru di tempat saya bertugas mengadakan rapat. Rapat hari ini sedikit istimewa dengan mengundang salah seorang pengawas pendidikan dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten.

Agenda rapat sebenarnya adalah laporan terakhir persiapan Ujian Sekolah (US) yang akan dilaksanakan Senin (18/ 03) pekan depan. Agenda tambahannya adalah mendengarkan tata cara dan strategi menghadapi akreditasi sekolah yang disampaikan oleh pengawas pendidikan, Ibu Mamik Salatun yang kebetulan adalah salah seorang tim verifikasi Badang Akrediktasi Provinsi Kepri.

Pada rapat itu –setelah agenda pokok dibicarakan– Kepala Sekolah kembali mengingatkan kewajiban guru untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis. Sebagai seorang guru, kewajiban ini melekat pada pengelolaan, persiapan/ perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Tuntutan itupun sejalan dengan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Di situ dijelaskan bahwa perinsip yang wajib ditempuh oleh seorang guru dalam menyusun rencana pembelajarannya adalah terdapatnya usaha untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis. Itulah sebabnya Kepala Sekolah terus mengingatkan agar para guru menulis dan membaca setiap hari sebagai usaha membuktikan sendiri terlebih dahulu pada diri sendiri.

Ketika perdebatan sampai pada pertanyaan, "Kapan sebaiknya guru menulis di luar tugas-tugas rutinnya sebagai guru,"  muncullah beberapa pendapat. Dan pendapat yang banyak adalah bahwa para guru merasa tidak ada waktunya untuk menulis. Dengan tugas-tugas yang sangat berat para guru hampir serentak mengatakan memang tidak ada waktu untuk menulis. Walaupun ada keinginan untuk menulis tapi guru merasa tidak punya waktu untuk itu.

Seorang ibu guru yang sudah senior yang sepertinya mewakili suara sebagian besar peserta rapat mengatakan bahwa waktu untuk menulis memang tidak ada, katanya. Dengan detail dia menjelaskan, pagi-pagi guru sudah harus ke sekolah. Terkadang malah keteteran mengurus anak dan suami sebelum berangkat ke sekolah. Belum lagi rumah yang jauh. Selama di sekolah juga merasa tidak ada kesempatan untuk merenungkan ide dan menuliskannya. Nanti sudah pulang ke rumah juga sudah menanti pekerjaan rumah yang tidak cukup untuk melaksanakannya. Pernyataan ini hampir semua guru mengaminkannya.

Saya bertanya, "Dalam 14 jam satu hari dipotong waktu tidur, tidak adakah waktu istirahat beberapa menit saja?" Untuk pertanyaan ini ada yang memberi jawaban bahwa waktu istirahat tidak bisa diganggu oleh pekerjaan lain. Tapi ada pula jawaban ekstrim bahwa waktu istirahat saja sudah tidak ada. Lalu kapan mau menulis? Tentu saja saya tersenyum saja mendengar argumen itu. Argumentasi sep[erti itu tentu saja karena memang tidak atau belum ada kemauan dan usaha untuk memulai menulis.

Ketika saya minta tulislah apa saja setiap hari walau hanya satu kalimat atau satu paragrap tulisan singkat, itu juga sudah bagus, ternyata ini juga dijawab dengan alasan tidak bisa. Saya katakan, yang penting  menulis namun teman-teman guru tetap saja beralasan tidak bisa. Tapi ujung-ujung diskusinya hampir semua mengakui kalau alasan yang sebenarnya adalah 'malas' atau tidak ada kemauan. Nah, inilah sebenarnya yang wajib dilawan.

Saya menceritakan pengalaman para penulis terkenal di Indonesia yang terkadang mengurangi jam tidurnya demi menyediakan waktunya untuk menulis. Saya katakan, seorang guru yang super sibuk di Ibu Kota (Jakarta) yang tinggal jauh di luar Jakarta ternyata masih bisa menulis setiap hari. Bahkan mampu membuat buku dan beredar secara Nasional. Guru itu berangkat bahkan sebelum solat subuh ke sekolah dan kembali ke rumah sudah malam. Tapi tulisannya selalu muncul media dan dapat kita baca.

Lalu ada pertanyaan, kapan sebenarnya enaknya menulis itu? Saya katakan saja bahwa tiap orang akan berbeda-beda kapan waktu menulisnya yang paling sesuai dengan dirinya. Lazimnya, kalau orang sudah terbiasa bangun subuh bahkan malam, waktu-waktu itulah yang biasa dianggap enak untuk menuangkan ide menjadi tulisan. Apalagi yang sudah terbiasa solat tahajjud (bagi muslim) maka saat-saat seperti itu biasanya dipergunakan untuk menulis. Dan saat-saat tenang seperti memang sangat baik untuk menuangkan pikiran dan atau perasaan menjadi tulisan.

Tentu saja menjadi pertanyaan bagai guru-guru yang tidak punya waktu itu, apakah sesuai dengan keadaan dirinya untuk bangun malam atau lebih subuh agar mempunyai sedikit waktu untuk menulis? Tepuklah dada, tanyalah selera.***

M. Rasyid Nur 16 Mar, 2013


-
Source: http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/16/paling-enak-menjelang-subuh-537440.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger