Home » » Harapan yang Tak Redup bersama Family Support Group

Harapan yang Tak Redup bersama Family Support Group

Written By Anonymous on Wednesday 20 March 2013 | 17:20

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Niken Tiara Fithri Alimah. Seorang pegawai kantoran yang memilih meninggalkan dunia asisten dosen yang sudah ditekuni sejak 2004 hingga 2008, resign sesaat setelah diangkat sebagai komandan subdivisi paling sibuk di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010, dan beralih profesi menjadi ibu rumah tangga. Istri dr. Hari Nugroho dan ibu dari Hanif Abdurrahman (2 tahun) ini sedang belajar menjadi ibu rumah tangga profesional sambil menekuni proyek-proyek penulisan bukunya dan menggerakkan Toko Salatiga: Toko Online Utama di Salatiga sebagai mompreneur (http://tokosalatiga.blogspot.com). Aktif di Komunitas Popok Kain (Kompoka), Recommended Online Shop, dan http://nikentfalimah.wordpress.com. Tulisan-tulisan yang telah diterbitkan antara lain adalah: Bete Boleh, Tapiii.. (Suara Merdeka), #I Care (Nulisbuku & Kimia Farma), Desa 1000 Cerita (Nulisbuku), Kisah Ramadhan (Nulisbuku), Read to Share (Fimela), Entrepreneur Story (Nulisbuku & Es Teler 77), Bye-Bye Office (MIC Publishing), dan masih banyak lagi. Senang sekali berkorespondensi lewat nikentiara@gmail.com atau Facebook Niken Tf Alimah.

Everybody need somebody to loveEverybody need somebody to loveEverybody need somebody to loveFaith!Faith!

Binar mata itu tak bisa menyembunyikan semangat yang menggelegak keluar bersama dengan lincah denting angklung, kolintang, drum, kendang, dan paduan suara hasil berlatih berhari-hari. Kata-kata dalam syair yang dipilih turut mengalirkan hawa perubahan ke seluruh pendengarnya. Kami ingin berubah. Kami mau berubah. Dan kami harus berubah.

***

Berawal dari sebuah undangan untuk ke Bogor yang saya terima dengan senang hati, sampailah saya pada lokasi yang (katanya) sedang sering dibahas di infotainment. Saya sendiri tidak tahu karena saya tidak pernah nonoton televisi. He. Tapi, katanya sih begitu.

Udara pegunungan yang jauh lebih dingin dari Salatiga pun seolah menyambut kedatangan kami - saya dan Hanif. Sekitar 2 jam (jika tidak macet) dari pusat kota Bogor, perjalanan kami menembus jalan yang bergelombang penuh lubang tak mengusik tidurnya Hanif dalam pangkuan saya.  Perjalanan kami masih disambung ojek mendaki sekitar sepuluh menit menuju lokasi.

Saat siang, matahari bersinar terik namun angin berhembus cukup kencang dan tanpa henti. Semribit, kata orang Jawa. Kondisi sekitar lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi tempo hari ini memang khas pegunungan, Gunung Salak.  Selamat datang di Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido, Jawa Barat.

Gambar

Bertemu dan berbaur langsung dengan para orang tua atau kerabat para pasien penderita narkoba menyeret saya ke dalam hadirnya aura kesedihan mendalam di kalangan mereka. Apapun penyebabnya, saya merasakan kesedihan dalam setiap hadirin. Meskipun berbalut dandanan modis atapun tampilan sopan santun karena acara ini adalah acara resmi, kesedihan itu nyata. Dan terasa menggantung di udara.

Bagaimana tidak? Semua yang hadir di ruangan ini adalah keluarga dari korban pecandu narkoba ataupun mantan pecandu narkoba. Semua yang hadir pernah atau sedang diuji komitmennya sebagai orang tua atau keluarga pecandu narkoba. Sebulan sekali mereka berkumpul dan berbagi beban, pengalaman, semangat, dan ilmu satu sama lain di Auditorium Unit Terapi dan Rehabilitasi Narkoba ini sebelum dilanjutkan dengan acara melepas kangen dengan anak atau keluarganya yang sedang menjalani terapi di tempat tersebut. Itulah mengapa Family Support Group BNN dibentuk dan bergandengan tangan bersama keluarga para korban narkoba.

Gambar

Sebagaimana disampaikan oleh dr. Hari Nugroho, narasumber ahli Family Support Group yang saya hadiri kali ini, keluarga adalah benteng pertama sekaligus benteng terakhir dari penanganan narkoba sampai tuntas. Keluarga sebagai benteng pertama telah kita pahami bersama karena terkait dengan peran dan fungsi lembaga keluarga yang memang sangat penting dalam menanamkan  nilai-nilai fungsi pendidikan karakter bagi setiap anggota keluarga.

Namun, tentang keluarga sebagai benteng terakhir mungkin masih banyak yang belum memahami. Terlebih lagi bagi keluarga korban narkoba. Berhasil tidaknya program terapi dan rehabilitasi narkoba pada seorang pasien sangat tergatung dari dukungan keluarga dan komitmen keluarga. Ada kalanya, seorang pasien yang dinyatakan sudah bersih dapat kembali ke  jurang narkoba ketika keluarga tidak mempercayai komitmen si korban atau justru malah memberi label kepadanya. Pemberian pemahaman yang tepat kepada keluarga adalah salah satu misi penting yang diusung oleh Family Support Group BNN ini.

***

Kesempatan untuk meet and greet bersama berbagai komunitas pembelajar merupakan kesempatan yang sangat berharga dan selalu member tambahan sudut pandang bagi saya. Termasuk kesempatan menghadiri acara di BNN Lido ini. Tempat di mana saya semakin menyadari betapa pentingnya peran keluarga di jaman sekarang. Dan tempat di mana saya makin menyadari bahwa mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Semoga pertolongan Allah selalu menyertai langkah kita dalam mendidik anak-anak kita. Aamiin.

Gambar

Sumber: http://www.ibuprofesional.com

Ka_Pe_I II B 21 Mar, 2013


-
Source: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/21/1/538943/harapan-yang-tak-redup-bersama-family-support-group.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Share this article :
Related Articles


0 comments:

Post a Comment

 
Support : blogger.com | google.com | youtube.com
Copyright © 2013. Blogger Dalam Berita - All Rights Reserved
Template Created by google Published by google
Proudly powered by Blogger