Salah-satu bukti kecerdasan ber-NKRI adalah lepas dari sentimen kedaerahan. Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang ber-Pancasila, sudah sepatutnya sentimen primordialisme ditinggalkan, melebur dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Dalam hal ini Warga DKI Jakarta dan Sumatera Utara menjadi contoh nyata. Masing-masing gubernur terpilih di ke-dua propinsi itu adalah warga pendatang, bukan putera daerah asli!
Mengapa hal ini patut dibanggakan? Karena warganya sudah cerdas, memilih pemimpin berdasar kecakapan dan rekam jejak. Mengapa pula hal ini patut dicontoh oleh daerah lainnya? Karena fakta ini pasti menambah kokohnya jalinan persatuan. Seluruh NKRI ini adalah satu, dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah dihubungkan oleh benang persaudaraan yang membuatnya saling mendukung dan tarik-menarik, tak bisa dipisahkan. Tandanya seorang putera bangsa layak memimpin propinsi adalah jika ia memiliki visi dan pemahaman yang utuh tentang Wawasan NKRI itu.
Sementara propinsi-propinsi lain masih terbenam dalam isu kuno 'putera daerah'. Padahal tak ada jaminan putera daerah lebih pandai mempersatukan warganya. Lebih jauh lagi, tak ada jaminan seorang putera daerah tidak doyan korupsi, malah lebih ganas lagi menggerogoti dapur bapak-ibunya sendiri. Selain dari itu, isu putera daerah memantik munculnya isu-isu sempit yang lebih konyol lagi.
Sebagai contoh, di Jawa Barat, karena gubernurnya berasal dari Garut maka kebijakannya menjadi kegarut-garutan, staf-staf pribadinya mesti berasal dari Garut. Di Jambi, karena gubernurnya berasal Sarolangun maka seluruh PNS asal Sarolangun merasa memiliki hak istimewa untuk jungkir balik dengan seragam PNS-nya. Di Sumut lebih konyol lagi, jika gubernurnya bermarga Simbolon maka seluruh marga Simbolon dan tetek-bengeknya merasa pantas keluar-masuk sambil ngakak-ngakak ke rumah dinas gubernurnya. Celaka duabelas!
Dengan demikian pemimpin yang berasal dari luar daerah sudah pasti lebih netral, lebih objektif, terbebas dari tarik-menarik kelompok warga. Karena ia berasal dari luar daerah, ia akan lebih berhati-hati untuk menjaga integritasnya. Ia lebih takut akan kegagalan.
Selamat kepada Warga Sumut dan Warga DKI.
Selamat kepada Warga Teladan di Poropinsi Teladan!
*****
Herlambang Wibowo 16 Mar, 2013
-
Source: http://birokrasi.kompasiana.com/2013/03/16/terbukti-warga-sumut-dan-dki-cerdas-542596.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 comments:
Post a Comment